Tampilkan postingan dengan label kill. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kill. Tampilkan semua postingan

Jumat, 05 November 2010

peka

grzz

Jadi Ibu di Usia 10? Bukan Hal Aneh

E-mail Print PDF
Barat kerap menyerang masalah nikah muda dalam Islam, padahal mereka sangat permisif dengan seks bebas di kalangan bocah remaja

Hidayatullah.com--Masyarakat Barat sering mempermasalahkan pernikahan usia muda di negara-negara Muslim. Kaum feminis, aktivis perempuan dan HAM Barat kerap menyerang isu itu untuk menyudutkan Islam sebagai agama yang tidak beradab. Padahal di negara Barat hubungan seks diusia muda bahkan marak dan tidak dianggap sebagai pelanggaran hukum. Salah satu contoh kasus terbaru adalah anak perempuan di Spanyol berusia 10 tahun yang sudah melahirkan bayinya.

Sebagaimana dilansir BBC (3/11), seorang anak berusia 10 tahun membuat pusing pemerintah Spanyol setelah dia pekan lalu melahirkan.

Anak kecil itu adalah seorang gadis gipsi dari Romania dan belum lama tiba di Spanyol ketika melahirkan. Dia melahirkan di sebuah rumah sakit di Jerez, Spanyol selatan, kata menteri urusan sosial Andalusia Micaela Navarro.

Ibu dan bayinya--yang diberi nama Nicoletta--dikabarkan dalam kondisi sehat. Ayah sang bayi diperkirakan berusia 13 tahun dan masih berada di Romania.

Sebelumnya pada tahun 2009 di Inggris ada Alfie Patten, bocah laki-laki 13 tahun yang menghamili pacarnya yang berusia 15 tahun.

Sebagai respon dari kasus itu National Health Service (NHS) kota Sheffield bahkan menyebarkan brosur dengn judul "pleasure" kepada anak-anak sekolah yang menganjurkan untuk melakukan seks. "An orgasm a day keeps the doctor away", demikian tulisnya.
Tidak hanya itu, slogan tersebut ditambah dengan anjuran yang berbunyi, "Para pakar pemerhati kesehatan menganjurkan untuk mengkonsumsi 5 porsi buah dan sayuran sehari, dan 30 menit gerak badan tiga kali seminggu. Bagaimana dengan hubungan seks atau masturbasi dua kali seminggu?". Baca berita sebelumnya Walah, Remaja Inggris Dianjurkan Seks Bebas!
Rupanya melahirkan diusia sangat belia bukan hal yang aneh bagi keluarga asal Romania itu. Nenek si bayi, Olimpia, tenang-tenang saja. ''Itu usia kami menikah di Romania,'' kata si nenek seperti dikutip koran Diario de Jerez. Olimpia sendiri menikah pada usia 10 tahun.

Di Spanyol, hubungan seksual secara hukum tidak dipersoalkan bagi warga usia 13 tahun. Statistik dari tahun 2008 menunjukkan bahwa 177 anak usia di bawah 15 tahun melahirkan, dan sekitar 500 lain melakukan aborsi.

Maka adalah hal yang aneh jika para feminis, aktivis perempuan dan HAM Barat sibuk mengecam pernikahan muda di negara-negara Islam. Padahal budaya mereka sendiri sangat permisif dengan hubungan seks di usia muda, bahkan hubungan itu dilakukan di luar pernikahan alias zina. Sudah jelas kebudayaan mana yang sebenarnya tidak beradab.[di/bbc/hidayatullah.com]

PEKA

grzz

Ketahui Penyakit Otak Lewat Hidung

E-mail Print PDF
Informasi ganguan pada otak terekam dalam sel punca hidung seseorang 

Hidayatullah.com --Sel punca olfactory yang diambil dari hidung pasien, dapat memberikan informasi penting tentang gangguan pada otak seperti schizophrenia.

Tim peneliti dari Universitas Griffith berhasil mengembangkan tehnik baru untuk mengetahui penyakit otak yang diderita pasien lewat sel punca hidungnya. 

Alan Mackay-Sim dari National Center for Adult Stem Cell Research di Universitas Griffith menyebutnya sebagai sebuah tonggak prestasi, karena sulit untuk mengetahui penyakit otak dengan cara mengambil sampel sel punca otak pasien. Kesulitan itu menyebabkan perkembangan pengobatan untuk penyakit otak terhambat. 

Menurut jurnal Disease Models and Mechanism, sel punca olfactory memiliki banyak keunggulan dibanding sel punca lain untuk mencari petunjuk tentang penyakit otak. 

"Sel itu bisa didapat dari hidung pasien lewat biopsi sederhana dan selnya memberikan informasi penting tentang perkembangan dan penyakit degeneratif otak," lapor jurnal tersebut. 

"Untuk masalah penyakit otak, para peneliti (selama ini) mengandalkan sel yang diambil dari bagian tubuh lain yang memberikan gambaran kurang penting tentang penyakit otak, serta sel dari sampel otak pascakematian yang jumlahnya terbatas dan hanya memberikan informasi akhir penyakit saja." 

Tim peneliti Mackay-Sim mengambil sel punca olfactory dari pasien penderita schizophrenia dan Parkinson lalu membandingkannya dengan sel punca milik orang sehat. 

Dari perbandingan itu akan terlihat perbedaan khusus dalam gen, protein dan fungsi sel pada pasien penderita penyakit otak. Informsasi tentang kondisi syaraf juga bisa diketahui dari sana, sehingga bisa digunakan untuk pengembangan obat baru. 

Schizophrenia adalah penyakit mental seumur hidup yang diderita oleh 1% orang di dunia, sementara Parkinson adalah penyakit degeneratif syaraf yang diderita oleh 0,1% warga dunia.[di/klj/ hidayatullah.com]

awasi balita kita

grzz

Peneliti: Kurangi Balita Nonton TV

E-mail Print PDF
American Academy of Pediatrics, merekomendasikan pembatasan nonton TV untuk anak pra sekolah, hanya satu jam saja

Televisi menjadi penyelamat banyak ibu dan para pengasuh saat mengasuh balita. Tidak percaya? Simak saja saat si kecil sibuk berlarian di waktu makan, cara termudah membuatnya duduk diam adalah dengan televisi. Anak terus membuntuti Anda sambil bertanya ini dan itu, 'pergilah menonton tv' bisa jadi kalimat ampuh untuk menjauhkan anak Anda tanpa rasa bersalah.

Seperti diberitakan di livescience, sebuah penelitian terbaru di Amerika menemukan bahwa anak-anak terlalu banyak menonton televisi, bahkan beberapa di antaranya lebih dari 5 jam per hari. Rasanya jika penelitian itu dilakukan di Indonesia, maka hasilnya mungkin akan lebih mencengangkan. Menonton televisi 3 jam, dilanjutkan main video game selama 2 jam, berkutat dengan komputer selama 1 jam, misalnya. Padahal berdasarkan rekomendasi yang dikeluarkan American Academy of Pediatrics, pembatasan paparan layar televisi untuk anak pra sekolah adalah satu jam saja.

Rekomendasi tersebut juga berdasar pada sebuah penelitian tentang hubungan waktu paparan dengan efek negatifnya, yaitu lambat bicara, obesitas, berpotensi memiliki perilaku agresif dan menunjukkan penurunan kemampuan akademik. Studi tersebut dipimpin oleh Dr. Pooja Tandon dari Seattle Children's Research Institute dan University of Washington, yang kemudian dipublikasikan melalui Journal of Pediatrics.
 
Studi melibatkan 9000 anak usia pra sekolah, yaitu 4 sampai 5 tahun, bersama dengan kedua orang tua dan pengasuhnya. Anak-anak tersebut dikelompokkan sesuai dengan cara pengasuhan, yaitu bersama pengasuh di rumah sendiri atau dititipkan ke saudara, di penitipan anak, di penampungan anak yang kurang mampu, dan yang diasuh oleh orang tuanya saja di rumah. Mungkin yang perlu kita cermati adalah cara pengasuhan bersama pengasuh dan yang dirawat sendiri oleh orang tua mereka, seperti yang banyak dilakukan di Indonesia.

Hasilnya, mereka yang diasuh di rumah menghabiskan waktu di depan layar selama lima setengah jam per hari dan mereka yang bersama orang tuanya menghabiskan waktu sekitar 4 jam per hari. Hal ini menunjukkan anak leluasa untuk menyalakan televisi kapan saja saat berada di rumahnya sendiri.

Penyebabnya bisa ditebak. Selain televisi berperan sebagai babysitter, para orang tua juga merasa lebih aman anak-anaknya di depan televisi seharian daripada keluar rumah untuk beraktivitas bersama teman-temannya. Alasan ini juga tidak bisa dianggap sebagai kesalahan, mengingat berbagai alasan sosial mendasari orang tua untuk bersikap demikian.

Oleh karena itu, Dr Tandon memberikan solusi bukan untuk meniadakan sama sekali televisi bagi anak pra sekolah, namun untuk mengurangi durasi mereka di depan televisi. Solusi pertama adalah dengan menggunakan DVD ketimbang siaran televisi khusus anak-anak, karena durasinya lebih bisa dibatasi. Kedua, matikan televisi saat makan, belajar dan saat istirahat siang. Ketiga, jangan sediakan televisi di kamar mereka. Keempat, biasakan untuk membatasi durasi nonton televisi dari mereka kecil. Kelima, isi kegiatan anak saat berada di rumah agar si kecil tidak merasa bosan dan kemudian menyalakan televise. [kpl/hidayatullah.com]kang w4an//

peka

grzz

Alkohol Lebih Berbahaya Dibanding Narkoba

E-mail Print PDF

Hidayatullah.com--Alkohol lebih berbahaya dibandingkan kokain dan heroin dalam soal daya rusaknya terhadap penggunanya, demikiam para ilmuwan Inggris seperti dikutip Reuters, Senin (1/11).

Menurut skala daya rusaknya, para ilmuwan menempatkan alkohol hampir tiga kali lebih berbahaya dibandingkan kokain atau tembakau.

Menurut data Komite Keilmuan Independen untuk Obat-obatan (IC+SCD) Inggris, dan staf ahli dari Pusat Monitoring Obad dan Ketergantungan Obat Eropa (EMCDDA), heroin dan kokain adalah obat-obatan paling berbahaya kedua dan ketiga.

Bahaya ekstasi malah hanya seperdelapan alkohol, demikian analisis para ilmuwan.

Profesor David Nutt, Ketua ISCD, yang tulisannya diterbitkan jurnal kesehatan Lancet, menegaskan penemuan itu valid.

Alkohol dan tembakau dilegalkan di Inggris dan beberapa negara lainnya, sementara obat-obatan seperti ekstasi, ganja dan LSD dilarang. Penggunanya diancam hukuman penjara.

"Yang patut dicatat adalah bahwa kedua obat legal --alkohol dan tembakau-- lebih merugikan ketimbang obat ilegal," kata Nutt, yang sebelumnya menjabat Penasehat Dewan Penyalahgunaan Obar (ACMD).

Nutt dikeluarkan dari ACMD setahun lalu karena mengkritik menteri yang mengabaikan saran ilmiah bahwa ganja kurang berbahaya daripada alkohol.

Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan, risiko alkohol menyebabkan 2,5 juta orang mati setiap tahun akibat penyakit jantung dan hati, kecelakaan di jalan, bunuh diri dan kanker.

Angka kematian itu 3,8 persen dari total kematian.

Alkohol menjadi faktor ketiga terbesar yang memicu kematian prematur dan cacat di seluruh dunia.

Demi menawarkan tuntunan kepada pembuat kebijakan di bidang kesehatan dan perlindungan sosial, tim pimpinan Nutt mengkategorikan obat-obatan dengan menggunakan teknik yang disebut analisis kebijakan multikriteria (MCDA).

Teknik ini ditempuh dengan menaksir kerusakan berdasarkan sembilan kriteria yang merugikan pengguna dan tujuh kriteria yang menyakiti orang lain.

Merugikan pengguna mencakup hal seperti kematian akibat obat-obatan tertentu, gangguan kesehatan, ketergantungan obat. Sementara melukai orang lain termasuk kejahatan, kerusakan lingkungan, konflik keluarga, biaya ekonomi, dan rusaknya kohesi masyarakat.

Obat-obatan mencatat skor 100, berdasarkan skala 1-100, yaitu 100 untuk menunjukkan obat paling berbahaya, sedangkan nol menunjukkan tidak berbahaya sama sekali.

Para ilmuwan menemukan alkohol paling berbahaya, dengan skor 72, diikuti heroin 55 poin, selanjutnya kokain 54 poin.

Di antara beberapa obat lain yang dinilai berbahaya adalah crystal meth (33), kokain (27), tembakau (26), amfetamin (23), ganja (20), benzodiazepin seperti valium (15), ketamin (15), metadon (14), mephedrone (13), ekstasi (9), anabolik steroid (9), LSD (7), dan jamur ajaib (5). [ant/hidayatullah.com]